Posted by : Saito_Fukuda

Hi All~~~~~! \(^_^)/ Akhirnya bisa nge-post lagi di blog ini. Waktu itu sibuk banget sih. Dari UN, tes masuk SMAN 5 Bandung (btw aku keterima lho. hehe #bangga), sampe MPLS SMAN 5. Nah balik lagi ke topik. Pas liburan kan aku kurang kerjaan. Aku pinginnya bikin komik, tapi sayangnya aku ini emang nggak (ato belum) bisa ngegambar. Akhirnya aku putusin nyoba-nyoba bikin novel. Akhirnya sukses bikin satu chapter. Trus beberapa lama kemudian aku coba liat-liatin ke temen aku. Mereka bilang, "lumayan tuh bagus ceritanya." Trus temen aku yang lain bilang, "gak nyangka kamu bisa bikin novel kayak gini, padahal kamu mukanya gak meyakinkan lho." (btw, muka aku memang gak keliatan kayak yang bisa bikin novel #depresi(-.-") ). Akhirnya barusan pas abis pulang ke rumah, langsung aku deh salin teksnya ke komputer.

Tadinya aku mau langsung masukin ke Fanfiction.net, tapi ternyata kalo user baru harus nunggu 2 hari dulu baru bisa nge-post di sana. Pasrah, akhirnya aku buka blog ini lagi dan mulai nge-post. Yah, udah pada gak sabar mau liat gimana novelnya kan? Nah ini dia guys "Blue Rose". Please enjoy~~~~~.

Blue Rose
Chapter One


Pagi yang dingin, angin dingin bertiup, membuat semua yang melewatinya menggigil kedinginan. Seorang gadis dengan rambut yang diikat ke belakang terlihat berjalan menyusuri trotoar. Angin pagi yang dingin itu tidak terlihat membuatnya menggigil sedikitpun.
Ia berjalan menuju sebuah bangunan tinggi dengan halaman luas. Bangunan tersebut bertuliskan “SMU Shirokawa”. Saat ia mulai berjalan memasuki gedung itu, dua orang gadis yang terlihat seumuran dengannya mulai mendekatinya.
“Natsuki~~~!” seru salah seorang gadis yang mendekatinya.
“Oh, Haruka, Shoko! Kalian masuk SMU ini juga?” sahut Natsuki.
“Iya, walau tesnya susah, kami berhasil lolos,” seru Haruka sambil menyambut Natsuki.
“Susah?” Natsuki keheranan. “Perasaan tesnya tidak sesulit itu deh”
“Yah, jangan samakan kami denganmu dong. Natsuki kan jenius, iya kan Haruka,” kata Shoko sambil  berpaling kearah Haruka. Haruka pun mengangguk.
“Maaf deh,” Natsuki tertawa kecil sambil maggaruk kepalanya.
“Tidak apa-apa Natsuki, Shoko hanya iri pada kepintaranmu,” ujar Haruka membela Natsuki.
“Dasar,” Shoko pun memukul Haruka.
“Sudah sudah, ayo kita lihat daftar kelasnya,” kata Natsuki sambil berjalan menuju Aula sekolah tersebut.

------

Tiga orang perempuan itu terlihat berdiri di hadapan sebuah papan bersamaan dengan kerumunan siswa-siswa lainnya. Papan tersebut bertuliskan “Daftar Pembagian Kelas”. Natsuki sedang melihat-lihat siapa saja yang sekelas dengannya. Tiba-tiba ia terpaku pada salah satu nama di papan itu.
“Sousuke Akira,” ia mulai hanyut dalam pikirannya sendiri. “Rasanya aku pernah mendengar nama itu….”
Shoko menepuk pundak Natsuki, membebaskannya dari lamunannya.
“Hei, kau kenapa?” tanya Shoko. “Dari tadi kau melamun terus”.
“E, tidak apa-apa. Aku hanya memikirkan sesuatu,” jawab Natsuki setengah sadar.
“Aku kira kau kenapa,” Shoko mulai tersenyum. “Jangan-jangan kau sedang mencari-cari pacar ya.”
“Enak saja, memangnya kau,” balas Natsuki. “Oh iya, ngomong ngomong kalian di kelas apa?”
“Aku di kelas X-C, kalo Haruka sih di kelas X-E…”
“Ehm,” Haruka tiba-tiba menyikut Shoko.
“Eh, maksudku X-C, kami sekelas kok,” Shoko langsung meralat perkataannya.
“Dasar,” Haruka terlihat sedikit puas. “Kalau kamu di kelas apa?” Haruka langsung berpaling pada Natsuki.
“Oh, aku di kelas X-A,” Natsuki terlihat sedikit kecewa. “Sayang ya kita tidak sekelas.”
“Tidak apa-apa. Kita kan masih bisa bertemu lagi nanti saat istirahat atau saat pulang,” hibur Haruka. “Bagaimana kalau nanti kita melihat-lihat klub-klub yang ada di sekolah ini sebelum pulang.”
“Baiklah,” Natsuki mulai terlihat ceria lagi.
“Hei,” Shoko menggenggam tangan Haruka. “Ayo ke kelas, sebentar lagi bel akan berbunyi,” Ia pun memperlihatkan jam ditangannya yang hampir menunjukkan jam 7.
“Nanti ketemu lagi ya~~!” kata Haruka bersemangat.
“Iya, sampai nanti,” jawab Natsuki sambil berjalan ke arah kelasnya.

------

Bel sudah berbunyi. Siswa-siswa lain sudah masuk ke kelas. Tapi, tidak terlihat ada guru di kelas. Mungkin karena itulah suasana kelas ini sangat ramai, para siswa saling mengobrol dan bercanda dengan sesamanya. Tapi lain ceritanya dengan Natsuki. Ia hanya melamun sambil menatap ke jendela, memikirkan nama orang yang tadi ia lihat.
“Sousuke Akira?” Ia bergumam dalam pikirannya. “Dimana aku pernah mendengar nama i…”
“Hei!”
Sebuah tangan menyambar pundak Natsuki. Ia pun terbebas dari lamunannya lagi. Ia berusaha mencari orang yang menepuk pundaknya.
“Dari tadi kau melamun terus,” kata seorang gadis di belakang Natsuki. “Kau tidak apa-apa?”
“Eh, tidak apa-apa,” jawab Natsuki sambil berpaling ke belakang.
“Oh, aku kira kau kenapa,” kata gadis itu. “Oh iya, kenalkan, namaku Misaki Ayano, tapi kau bisa memanggilku Misaki. Kalau kamu siapa?” gadis itu kembali berkata sambil mengulurkan tangannya.
“E, aku Natsuki, Natsuki Aosato. Salam kenal,” jawab Natsuki sambil menyambut tangan gadis itu yang terlihat ingin bersalaman.
“Aku duduk di sebelahmu ya,” Misaki langsung meletakkan tas miliknya di sebuah bangku kosong di sebelah Misaki.
Tepat saat Misaki duduk, pintu kelas mereka terbuka. Suasana kelas yang tadinya ribut dan kacau, tiba-tiba menjadi rapih dan tertib. Saat seseorang memasuki kelas, semua siswa sudah duduk dengan rapih di bangku masing-masing.
“Selamat pagi anak-anak,” kata orang itu
“Selamat pagi pak,” seluruh siswa langsung membalas panggilan orang itu.
“Ya, maaf anak-anak. Bapak terlambat karena tadi bapak terjebak kemacetan. Izinkan bapak untuk memperkenalkan diri. Nama bapak Furuyama Hisei. Kalian bisa memanggil saya Furuyama-sensei. Bapak…”
Natsuki tidak memperhatikan perkataan guru itu selanjutnya. Ia kembali melamun, memikirkan nama itu lagi. Nama yang sejak tadi membuatnya mengingat-ingat lagi dimana ia pernah mendengar nama itu.
“Kalo tidak salah aku pernah mendengar nama itu di…”
Tiba-tiba ada seseorang yang menyikutnya, membuyarkan pikirannya sekali lagi. Ia mulai tersadar dan melihat sekelilingnya. Ternyata Misaki yang tadi menyikutnya. Tapi, sebelum ia sempat berkata-kata…
“Misaki Ayano,” kata Furuyama-sensei, mengagetkan Natsuki yang masih belum menyadari apa yang terjadi.
“Hadir pak!” Misaki langsung menjawab gurunya yang sedang mengabsen siswa sambil mengangkat tangannya.
“Natsuki Aosato,” guru itu pun mulai mengabsen lagi.
“H-hadir pak!” jawab Natsuki yang masih setengah sadar. Ia mulai mengerti mengapa Misaki menyikutnya.
“Lain kali jangan melamun saat guru sedang di kelas ya,” bisik Misaki
“Iya, maaf ya,” kata Natsuki dengan wajah menyesal.
Furuyama-sensei pun terus mengabsen siswa tanpa memperhatikan Natsuki dan Misaki yang sedang berbisik-bisik.
“Sousuke Akira,” kata Furuyama-sensei
Natsuki kaget. Seketika itu juga ia langsung melihat ke sekelilingnya, berharap bisa menemukan pemilik nama itu. Tetapi, tidak ada seorangpun yang mengacungkan tangannya.
“Sousuke Akira!” Furuyama-sensei kembali memanggil nama itu.
“Pak,” seseorang mengacungkan tangannya. ”Mungkin ia sakit atau sesuatu.”
“Oh, baiklah. Kita lanjutkan saja…,” Furuyama-sensei pun kembali mengabsen siswa.
Natsuki terlihat sedikit kecewa mengetahui kalau pemilik nama itu tidak ada di kelas. Tapi, apa boleh buat bila ia memang tidak ada di sini sekarang. Wajah Natsuki akhirnya kembali tenang, tetapi di hatinya masih tersisa sedikit rasa gelisah. Hari itu pun terus berlanjut dengan rasa penasaran di dada Natsuki.

------

            Bel sekolah berbunyi. Sudah empat kali bel itu berbunyi hari ini. Murid-murid terlihat berhamburan keluar dari kelas. Natsuki berusaha membebaskan dirinya dari lautan murid-murid kelas sepuluh bersama Misaki. Begitu mereka lolos dari kerumunan itu, dua sosok tak asing datang menyambut mereka.
  “Natsuki~~~!” sahut Shoko
  “Oh, Haruka, Shoko,” Natsuki langsung berlari kearah mereka.
 “Kenalkan, ini Misaki, teman sekelasku,” Natsuki memperkenalkan Misaki kepada dua sahabatnya sejak SMP.
  “Iya, salam kenal. Aku Shoko dan ini Haruka,” Shoko mulai memperkenalkan dirinya dan Haruka.
   “Iya, salam kenal,” balas Misaki. “Jadi kalian dulu se-SMP dengan Natsuki ya.”
   “Ya begitulah,” jawab Shoko.
  “Eh Natsuki, bagaimana jika kita melihat-lihat dulu klub-klub yang ada di sekolah ini sebelum pulang?” Haruka terlihat bersemangat. “Tadi pagi kan aku sudah bilang padamu.”
  “Ayo ayo, aku juga ingin melihatnya,” Misaki ikut-ikutan. “Aku dengar klub-klub di sini sangat menarik lho.”
   “Oh ya? Kita kesana sekarang yuk. Ya, ya Natsuki?” kata Shoko ikut-ikutan  dengan wajah memelas.
    “Ya, baiklah,” jawab Natsuki yang terlihat sedikit lelah.

   Beberapa jam berlalu, mereka akhirnya selesai melakukan tur “singkat” mereka. Sekolah ini memang memiliki banyak klub untuk diikuti. Dari klub basket –yang membuat Shoko berteriak-teriak saat melihat mereka bermain− sampai klub teater –yang membuat mereka menangis terharu-haru saat menontonnya. Semua klub-klub itu kebetulan sedang melakukan pertunjukan untuk menarik siswa baru menjadi anggota mereka.
Natsuki terlihat benar-benar kelelahan saat mereka selesai. Berbeda dengan ketiga temannya itu. Mereka masih terlihat bersemangat untuk mengikuti lari marathon 2 km. Dari semua klub yang ada, hanya ada satu klub yang membuatnya tertarik, yaitu klub Karate −karena memang olahraga itu yang ia tekuni sejak SD. Beberapa menit kemudian, mereka sudah ada di gerbang sekolah.  Mereka pun berpamitan dan pulang. Sekarang hanya tinggal Natsuki yang masih berjalan ke stasiun kereta.

Langit sudah gelap, Natsuki masih berjalan menuju stasiun kereta. Ia mulai bertanya-tanya mengapa ia tadi setuju mau ikut mereka mengelilingi sekolah itu, melihat-lihat klub-klub yang ada di sana sampai berjam-jam. Ia mulai melihat jam tangan yang setia menemaninya. Jam itu menunjukkan angka 18.15. Setelah melihat jam tangannya, ia mulai mempercepat jalannya. Karena terburu-buru ingin cepat sampai ke rumah, ia akhirnya memutuskan untuk mengambil jalan pintas melewati gang.
Ia pun berjalan melewati gang itu. Langkah demi langkah, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres di sana. Ia merasa seperti sedang diperhatikan seseorang atau sesuatu. Tiba-tiba, tanpa ia sadari, dua pria bertubuh besar muncul dan menyergapnya dari belakang. Sesosok pria lainnya pun muncul di hadapannya sambil menodongkan pisau.
“Serahkan uangmu atau barang berharga lainnya!!!” kata pria yang membawa pisau.
“Hehehe, kau seharusnya tahu untuk tidak melewati gang di saat seperti ini kan,” kata orang yang menyergapnya.
Sebenarnya ia bisa saja langsung menghajar dan melumpuhkan mereka dengan mudah. Ia memiliki pengalaman karate selama bertahun-tahun. Hanya saja ia terlalu lelah untuk melawan. Ia tidak ingin membahayakan nyawanya dengan melawan mereka.
Tepat saat Natsuki merasa putus asa, seorang laki-laki datang entah darimana. Ia terlihat seumuran dengannya. Secepat kilat, ia langsung melumpuhkan pria yang memegang pisau. Kemudian sebuah tendangan lain dari laki-laki itu menyambar dua orang pria yang menyergap Natsuki. Beberapa detik kemudian, dua orang pria itu sudah terkapar di tanah.
“Kau tidak apa-apa?” tanya laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.
“A..aku tidak apa-apa,” jawab Natsuki yang duduk lemas di tanah.
“Syukurlah,” lelaki itu terlihat lega. “Lain kali jangan lewat gang saat malam hari. Banyak sekali orang yang mengintai di sini, apalagi perempuan sepertimu. Kau akan menjadi sasaran empuk bagi mereka,” lelaki itu mulai menasihatinya.
“I,iya,” jawab Natsuki yang masih sedikit kebingungan.
Malam itu sangat gelap. Apalagi di gang itu. Ia hampir tidak bisa melihat apa-apa. Wajah lelaki itu tersembunyi di balik gelapnya malam. Ia hanya bisa melihat sepasang bola mata berwarna biru laut yang indah di wajah lelaki itu.
“Hei, kau bisa berjalan sendiri kan?” laki-laki itu mulai bertanya lagi.
“Ya, aku bisa,” ia merasa sedikit diremehkan –ya itu karena ia memang tidak suka kalah, apalagi pada lelaki.
“Ya, kalau begitu sampai jumpa. Hati-hati ya!” lelaki itu pun pergi.
“Terima kasih…..,” jawab Natsuki dengan pelan selagi lelaki itu semakin menjauh. Entah kenapa ia merasa sedikit sedih saat melihat lelaki itu pergi begitu saja.
Lama-kelamaan, sosok lelaki itu sudah tidak terlihat lagi. Hanya bayangan mata biru lautnya yang tertinggal di pikiran Natsuki. Ia kemudian melihat jam tangannya lagi. Sudah hampir jam setengah 7. Ia pun bergegas naik ke kereta dan pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, ia langsung masuk ke kamarnya, setelah berjanji pada ibunya bahwa ia akan menjelaskan apa yang telah terjadi padanya esok pagi. Di kamar, ia masih memikirkan lelaki yang tadi menyelamatkannya.
Malam itu pun berlalu dengan banyak rasa penasaran di hati Natsuki.


------
End of Chapter 1
To be continued


Nah, gimana? seru gak? yah, semoga kalian semua suka deh. Oh iya, ini ada skecth gambar Natsuki Aosato yang digambarin sama temen aku. Mau liat?? Ini dia  (sekalian profilnya deh)

Nama: Natsuki Aosato
Tanggal lahir: 31 Maret 1997
Zodiak: Aries
Golongan darah: A
Warna mata: Coklat muda
Warna rambut: Coklat tua
Tinggi: 160 cm
Hobi: Karate, olahraga, baca novel

Ok, hari ini cukup sampai sini aja ya. Chapter 2 lagi dibikin. Tungguin aja ya.
Minna, mata aimasho~~~~~!!!!!





{ 1 comments... read them below or add one }

  1. cie Ari mulai berkarir di dunia tulis menulis wakakaka~ ganbatte Ri~!! XD
    yosh, ditunggu chapter selanjutnya^o^

    BalasHapus

Welcome to My Blog

About Me

Foto saya
Just a lonely high school boy who likes anime and manga.

Quotes

"I was prepared but ... It still hurts."
-Shintani Hinata
"I am not alone. I can hear them... I can hear everyone's voices... I can sense everyone's feelings... I am not alone... everyone's feelings... they support me... they are what give me the will to stand and fight!"
-Natsu Dragneel

Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

- Copyright © 2013 Ao No Kaze -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -